10 Tahun Hidup Dengan Kanker Di Hidung, Nenek Sebatang Kara Tak Bisa Berobat
Mbah ini ditinggal meninggal suami udah lama, jadi tinggal sendiri. Selama sakit kanker udah 10 tahun, mbah ngelaluin ini semua sendiri. Kami para tetangga gak tega sama mbah
Kadang kami gantian nyuapin mbah kalau ada rejeki.. Tapi sejak pandemi kondisi makin sulit, kami gak bisa lagi patungan bawa Mbah berobat. Saya berharap kondisi sulit ini bisa segera selesai, biar kami bisa lagi bawa Mbah berobat..” -Tetangga Mbah Karimah
***
Mbah Karimah menunduk sakit di gubuk reotnya. Saat ia menengadah, darah segar terlihat menetes dari hidungnya yang telah lenyap, digerogoti kanker yang sudah 10 tahun bersarang.
Mbah teriak kesakitan, namun yang menjawabnya hanya gema suaranya. Ia hidup sebatang kara, menahan perih dan rindu mendalam kepada sang suami, yang lebih dulu pergi ke Surga.
Tiap malam menjelang, ia berlindung di gubuknya yang remang, ditemani satu bola lampu yang berkedip. Jika hujan, tubuh mbah harus kebasahan karena atap bambu gubuknya makin rapuh.
Tubuhnya makin lemah jika bantuan tetangga belum datang, karena dari tangan baik mereka mbah bisa bertahan. Pernah para tetangga bawa mbah berobat, namun karena kurang biaya dan tenaga, akhirnya teriakan Mbah kembali terdengar.
Di sisa hidupnya bersama kanker, Mbah hanya bisa terus berdo’a, sambil menangis sakit bersihkan luka darah di hidungnya. Berharap bantuan Allah datang, lewat tangan orang baik di https://kitabisa.com/campaign/bantumbahkarimahmelawankankerhidung
Bantuanmu sangat berarti bagi kesembuhan Mbah Karimah, #OrangBaik!"
0 komentar: