6 Tahun Simpan Sendiri Perih Mulutnya Karena Sariawan Yang Tak Kunjung Sembuh, Bu Titin Idap Tumor Lidah Ganas!

Sebenarnya ibu udah sakit dari lama.. Awalnya, dulu tahun 2012 dia sariawan nggak sembuh-sembuh, tapi kita sekeluarga nggak ada yang tahu karena ibu nggak bilang apa-apa katanya, nggak mau ngerepotin kita.. 

Bertahun-tahun ibu tahan sakitnya sendirian, sampai akhirnya kita curiga karena bicara mulai cadel. Dan pas diperiksa ke RS ternyata sariawan di lidah ibu sudah berubah jadi benjolan tumor! 

Dokter pun menyarankan ibu untuk segera operasi agar tumornya tak menyebar. Akhirnya kami pun terpaksa jual perahu satu-satunya nya yang biasa dipakai bapak mencari nafkah untuk berlayar cari ikan. 

Syukurlah, operasi berjalan lancar dan perlahan-lahan ibu kembali pulih. Ia mulai bicara dengan normal dan tak lagi perih saat makan. 
*** 
Namun berselang 2 tahun, tiba-tiba ibu mengalami gejala yang sama, dan setelah dicek, dokter mengatakan bahwa masih ada akar tumor yang belum terangkat pada operasi sebelumnya. 

Dan hitungan bulan kondisi ibu makin parah. Lidahnya membengkak berdenyut hebat, dan penuh luka tumor hingga mulutnya terus menganga, juga tak lagi bisa kunyah makanan dan harus makan melalui selang di hidungnya. 

Seharusnya ibu menjalani proses kemoterapi sebelum lakukan operasi lagi. Tapi hingga kini, kami terpaksa rawat ibu seadanya di rumah karena tak ada biaya, mencoba bertahan dengan upah bapak yang 100rb sekali melaut, itupun tidak tiap hari. 

Entah dari mana lagi kami bisa kumpulkan biaya berobat ibu, sementara hutang dari pengobatan sebelumnya masih belum lunas. Kini kami pun tinggal di rumah nenek karena rumah juga sudah terjual. 

Akupun tak bisa jauh dari ibu, karena harus siap siaga mengelap cairan yang menetes dari mulut ibu yang kini hanya bisa habiskan hari dengan berzikir dalam hati sambil bertasbih dengan tangannya yang lemah..” - Anak Bu Suprihatin 
*** 
Sahabat, sedih rasanya membaca kisah yang diceritakan oleh anak dari Bu Suprihatin.. Mereka sudah lakukan usaha terbaiknya, meski belum bisa sembuhkan ibu. 
#OrangBaik, Bu Suprihatin butuh bantuan kita sekarang juga, sebelum tumor makin kuasai lidahnya dan bahayakan nyawanya! Mari dukung dan sampaikan doamu untuknya
Kita Bisa Ibu Suprihatin

Sabar ya Nak, tunggu dokternya dateng,” ucap ibunya Sakti.

“Sabar ya Nak, tunggu dokternya dateng,” ucap ibunya Sakti.
Sekarang giliran sang ayah yang menggendong Sakti sambil duduk. Di depannya sang ibu mengajak ngobrol dengan senyum tulus, meskipun rasa cemas di hatinya belum juga reda. 
----
Kata dokter, limpa Sakti harus diangkat. Operasi tersebut tentu akan memakan biaya besar. Belum lagi pemulihan setelah operasi. Apakah semua biaya itu bisa terpenuhi? Keraguan ini hanya bisa dijawab oleh doa dan bantuan banyak orang.
Sudah berbagai upaya dilakukan oleh ayah dan ibu Sakti. Mereka bahkan telah menggadaikan sertifikat tanah ke bank. Surat tanah itu kini terancam dilelang, karena upah sang ayah yang menjadi kuli bangunan tidak dapat menebusnya.
Sakti tidak tahu semua yang dicemaskan oleh ayah dan ibunya. Ia hanya ingin sakit di perutnya tak ada lagi. Saat diajak ngobrol oleh sang ibu, Sakti hanya bisa terdiam dengan alat pernapasan di wajah. Ia menantikan kapan dirinya sembuh.
Mari jawab keraguan orang tua Sakti dengan memberikan donasi. Bantuan #OrangBaik sangat diperlukan, sehingga Sakti dapat kembali sehat dan bermain dengan orang tuanya. Segera klik: https://kitabisa.com/campaign/bantuadeksakti

10 Tahun Hidup Dengan Kanker Di Hidung, Nenek Sebatang Kara Tak Bisa Berobat

Mbah ini ditinggal meninggal suami udah lama, jadi tinggal sendiri. Selama sakit kanker udah 10 tahun, mbah ngelaluin ini semua sendiri. Kami para tetangga gak tega sama mbah

Kadang kami gantian nyuapin mbah kalau ada rejeki.. Tapi sejak pandemi kondisi makin sulit, kami gak bisa lagi patungan bawa Mbah berobat. Saya berharap kondisi sulit ini bisa segera selesai, biar kami bisa lagi bawa Mbah berobat..” -Tetangga Mbah Karimah

***
Mbah Karimah menunduk sakit di gubuk reotnya. Saat ia menengadah, darah segar terlihat menetes dari hidungnya yang telah lenyap, digerogoti kanker yang sudah 10 tahun bersarang.

Mbah teriak kesakitan, namun yang menjawabnya hanya gema suaranya. Ia hidup sebatang kara, menahan perih dan rindu mendalam kepada sang suami, yang lebih dulu pergi ke Surga. 

Tiap malam menjelang, ia berlindung di gubuknya yang remang, ditemani satu bola lampu yang berkedip. Jika hujan, tubuh mbah harus kebasahan karena atap bambu gubuknya makin rapuh. 

Tubuhnya makin lemah jika bantuan tetangga belum datang, karena dari tangan baik mereka mbah bisa bertahan. Pernah para tetangga bawa mbah berobat, namun karena kurang biaya dan tenaga, akhirnya teriakan Mbah kembali terdengar.

Di sisa hidupnya bersama kanker, Mbah hanya bisa terus berdo’a, sambil menangis sakit bersihkan luka darah di hidungnya. Berharap bantuan Allah datang, lewat tangan orang baik di https://kitabisa.com/campaign/bantumbahkarimahmelawankankerhidung 

Bantuanmu sangat berarti bagi kesembuhan Mbah Karimah, #OrangBaik!"

Sudah 5 Tahun, Benjol Tumor Yang Terus Membesar “Cekik” Leher Pak Udin

Tiap benjolan di leher saya nyeri, rasanya nyut-nyutan kayak mau pecah.. saya udah gak tahan sakitnya.. kadang lukanya sampe keluar darah dan nanah..
Karena gak ada biaya buat berobat, anak saya cuma bisa kompres pake air anget aja. Alhamdulillah dia masih mau tinggal dan ngerawat saya..
Doa saya, supaya ada keajaiban dari Allah supaya angkat penyakit ini, karena kalo udah sehat, saya mau kerja lagi.. saya mau bikin rumah untuk anak dan cucu saya biar gak diusir-usir dari kontrakan terus..” – Pak Udin, 74 tahun
***
Setiap hari, Pak Udin (74) menahan sakitnya benjol tumor di lehernya yang terus berdenyut nyeri seakan mau pecah. Terkadang, lukanya pun bernanah dan hanya bisa dikompres air hangat.
.
5 tahun lalu, saat bekerja jadi kuli bangunan, ia terjatuh dari ketinggian dan berakibat pendarahan di kepala bagian bawah, dan berubah menjadi penggumpalan darah akibat tak segera dioperasi karena tak ada biaya.
.
Benjolan tumor itu kini besarnya lebih dari setengah kepalanya dan menimbulkan rasa sakit hebat tiap kali makan. Pak Udin harus segera dioperasi dan kemoterapi rutin agar tumornya tak makin menyebar.
.
Namun ia tak punya uang dan kini bergantung pada penghasilan menantunya, yang buruh bangunan dan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ia tak bisa penuhi biaya untuk bolak balik ke RS di kota.
.
Selain berdoa untuk kesembuhannya pada Allah swt., Pak Udin ingin sekali bisa wujudkan mimpinya membangun rumah untuk anak dan cucunya agar tak melulu diusir karena tak bisa bayar biaya sewa.
.
# OrangBaik, melalui uluran tanganmu, kita bisa bantu Pak Udin untuk mendapat pengobatan yang layak! Yuk sisihkan sedikit rezekimu agar ia bisa sembuh dan wujudkan mimpinya melalui https://kitabisa.com/campaign/
yibuntukudinmuhidin

Tak Bisa Buka Lebar Matanya, Tumor Di Otak Marwan, Kini Mulai Menjalar Ke Saraf Dan Ancam Penglihatannya!

Bu Pak ternyata dari hasil pemeriksaan benjol di kepala dik Marwan bukanlah gumpalan lemak melainkan tumor jinak namun meskipun demikian tetap harus segera diangkat agar tak membahayakan organ lainnya.
Karena sekarang sudah mulai menjalar ke saraf mata Marwan sehingga matanya tak bisa terbuka dengan sempurna, khawatir jika dibiarkan justru akan bahayakan penglihatannya..
Nanti kira-kira 2 bulan setelah luka operasi yang pertama pulih, Marwan harus segera dioperasi ya pak..”
Bapak dan ibu bagaikan disambar petir di siang bolong, begitu mendengar hasil pemeriksaan Marwan. Ibu bahkan tak bisa berkata-kata dan air matanya langsung deras lewati pipinya.
Meski hatinya tak kalah hancur, bapak coba tenangkan ibu, tuk ikhlas terima cobaan ini. Dalam hatinya, bapak bertekad, akan berusaha keras demi kesembuhan anaknya, agar tak timbul penyesalan di kemudian hari…
***
Berkali-kali Marwan demam, berkali-kali juga ibu selalu panik. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa sembari mengompres Marwan berharap demamnya turun dan tangisnya reda.
.
Demam Marwan disebabkan adanya benjol yang bersarang dibalik kulit kepala Marwan yang merupakan jaringan tumor. Keadaan yang tak normal itu kemudian ganggu fungsi otaknya, dan juga bisa pengaruhi tumbuh kembangnya.
.
Bahkan saat ini, jaringan tersebut sudah menjalar ke saraf mata Marwan sehingga ia tak bisa buka lebar matanya. Jika tak segera ditangani, Marwan terancam kehilangan penglihatannya!
.
Dari hasil pemeriksaan terakhir, Marwan dianjurkan harus segera menjalani operasi pengangkatan jaringan tumor tersebut, agar tak makin menyebar dan bahayakan organ lain.
.
Namun, tabungan bapak tak kunjung cukupi biaya operasi dan pengobatan lain, karena dari hasil jualan es krim keliling ia hanya mampu bawa pulang 50-100rb/hari, bahkan sering kali esnya sampai meleleh karena sepi pembeli.
.
Sahabat, Pak Iyan dan istrinya terus berikhtiar demi Marwan, mereka tak ingin jika harus kehilangan anak untuk kedua kalinya setelah kakak Marwan mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu.
Maka, maukah kamu bantu pak Iyan selamatkan nyawa putranya dari penyakit yang ganas ini? Mari sampaikan bantuanmu melalui https://kitabisa.com/campaign/
bantumarwansembuh agar Marwan bisa berobat hingga selesai!